Energi Nuklir : Masa Depan Menjanjikan atau Hanya Distraksi?

Pembicaraan mengenai energi nuklir tidak pernah ada habisnya. Apalagi kini semakin banyak yang menyadari urgensi krisis iklim dan pemanasan global. Namun di sisi lain banyak juga yang masih meragukan energi terbarukan seperti angin, air, sinar matahari, dan sebagainya.

Miliarder seperti Bill Gates dan Warren Buffet telah menghabiskan beberapa tahun terakhir mengadvokasi energi nuklir, mengusulkannya sebagai salah satu solusi paling praktis untuk krisis iklim. Mereka juga membahas mengenai teknologi nuklir generasi terbaru yang berkembang pesat dalam 50 tahun terakhir.

Proyek eksplorasi nuklir cenderung lebih mahal daripada energi terbarukan. Bahaya penambangan, transportasi, dan penyimpanannya pun cukup tinggi. Sementara krisis iklim dan pemanasan global juga menakutkan, sehingga menimbulkan banyak skeptisme.

Reaktor nuklir canggih yang ada masih menggunakan zat radioaktif sebagai bahan bakar, yang mana penambangan dan pembuangan sisanya masih menjadi masalah serius. Belum ada solusi jangka panjang untuk limbah uranium. Ia akan tetap radioaktif hingga jutaan tahun dengan bahaya yang ditimbulkan semakin ekstrim.

Kontaminasi air tanah, iradiasi dedaunan dan satwa liar, dan efek buruk pada kesehatan manusia hanyalah beberapa dari konsekuensi yang muncul ketika limbah nuklir disimpan secara tidak benar.

Selain itu masih belum dapat dipastikan energi nuklir yang dijanjikan akan siap pada waktunya. Namun diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2030 yang kemungkinan akan sedikit terlambat dalam hal penanganan krisis iklim.

Para pendukung penggunaan energi nuklir berpendapat bahwa generasi baru pemanfaatan nuklir tidak hanya mengandalkan uranium, tetapi akan menggunakan garam cair. Tetapi hingga kini teknologi ini masih belum siap untuk penggunaan komersial setidaknya hingga akhir dekade ini.

Terlepas dari janji dan prospek yang digaung-gaungkan selama ini, mantan ketua Komisi Pengaturan Nuklir, Allison Macfarlane mengatakan bahwa energi nuklir yang canggih kemungkinan masih belum siap untuk mengatasi krisis iklim dalam waktu dekat.

Banyak ahli juga memandang penggunaan energi nuklir terlalu optimis, terutama dalam hal biaya dan masalah perubahan iklim. Apalagi jika membandingkan energi nuklir ini dengan energi terbarukan seperti air, angin, dan matahari.

Pembangkit listrik tenaga nuklir sekitar empat kali lebih mahal dari angin atau matahari dan membutuhkan waktu lima kali lebih lama dalam pembangunannya. Jika diperhitungkan ulang, dibutuhkan sekitar 15-20 tahun untuk membangun pembangkit nuklir baru. Sehingga setidaknya dalam 10 tahun ke depan tenaga nuklir tidak akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesalahpahaman Terkait Energi Nuklir di Masyarakat

Sonoro Gold menyelesaikan PEA di Cerro Caliche di Meksiko

Di Mana Lithium yang digunakan untuk Mobil Listrik Ditambang?